Timnas Indonesia memang akhirnya gagal merebut trofi AFF 2010, namun Alfred Riedl sang pelatih tetap merasa timnya sebagai yang terbaik di turnamen paling bergengsi se-Asia Tenggara.
Menurut Riedl, hanya satu saja ‘cacat’ yang dibuat Tim Garuda, namun satu ‘cacat’ itu pula yang menggagalkan ambisi Indonesia merebut gelar yang telah diidam-idamkan sejak tahun 1996 itu.
“Menurut saya, sekarang ini tim yang terbaik kalah,” ungkap Riedl saat jumpa pers usai leg kedua final AFF Suzuki Cup 2010 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Rabu (29/12).
“Kami sudah kalah saat di Malaysia. Para pemain tampil kacau selama 15 menit dan kami harus menerima ganjarannya,” ungkap pelatih asal Austria itu.
Sebaliknya, Riedl menilai permainan Firman Utina dkk di final adalah yang terbaik sepanjang Piala AFF 2010 digelar.
“Di sini, 45 menit pertama adalah permainan terbaik kami selama Piala AFF. Kami terus menyerang, meski kami kurang beruntung dan melewatkan sejumlah peluang. Bahkan di babak kedua pun, pemain tetap memperlihatkan karakternya setelah tertinggal satu gol,” tegasnya.
Indonesia memiliki peluang emas melalui titik putih di menit 15. Sayang Firman Utina gagal mengeksekusinya dengan baik. Indonesia kemudian tertinggal lewat gol Safee di babak kedua, namun kemudian berhasil bangkit dan membalasnya lewat gol Nasuha dan Ridwan.
“Terimakasih untuk para pemain, yang selalu tampil penuh komitmen dan disiplin. Tanpa itu semua, tak mungkin kami mencapai final,” sambung Riedl.
“Terimakasih juga untuk Bambang Pamungkas dan Firman Utina, sebagai pemimpin tim. Terimakasih untuk masyarakat dan para suporter di stadion. Para pemain tampil sangat bagus di turnamen ini dan bisa menampilkan permainan yang menghibur,” ucap sang pelatih.
Sang pelatih tidak mempermasalahkan kegagalan Firman yang gagal mengeksekusi tendangan penalti. Menurutnya, itu hal yang biasa terjadi di sepak bola.
“Saya rasa pertanyaan semacam ini tak perlu dijawab,” ujarnya membalas pertanyaan andai Firman sukses menunaikan tugasnya. “Mungkin benar kami akan mendapat momentum, mungkin kami lebih percaya diri, mungkin ini dan itu, tetapi tak ada gunanya membahas kemungkinan-kemungkinan yang sudah lewat itu.”
Meski menang 2-1, Indonesia gagal menjadi juara karena kalah dalam gol agregat 2-4.